Kemaren sahabatku lidya sempet ngompol di blognya.. upz! Bukan ngompol yang itu lho! ini ngompol yang ada artinya.. NgomPol (Ngomong Politik). Hehe.. ga enak bgdh singkatannya, ;p
Jujur ya, jaman-jaman gini, uda jarang banget nia denger para mahasiswa pada ngompol. Mereka cenderung cuek-cuek aja sama perkembangan politik Indonesia. Aku nggak tau, mereka memang tidak peduli atau tidak ‘ngerti’. Hayoo.. Badan Pusat Statistik (BPS) tak tantang buat menghitung berapa banyak anak kost yang ga punya KTP dan tidak memilih saat pemilu. Mungkin datanya nanti bisa memaparkan satu lagi titik berat permasalahan Indonesia sulit diselesaikan. Oke, mungkin di tv sering tersiar berita demo mahasiswa menanggapi masalah politik dan bla.. bla.. bla.. Tapi, semua itu masih kalah dengan semangat mahasiswa Reformasi ’98. Coba ingat kembali, bukankah mereka mampu menggulingkan kepemerintahan yang korup dan sewenang-wenang? Berapa orang yang gugur di antara mereka? Aku pernah melihat polling di detik.com tentang layak atau tidakkah Mantan (alm) Presiden Soeharto dijadikan Pahlawan Bangsa. Haduwh, daripada bikin polling seperti itu, mending pahlawan yang benar-benar mati di medan perang seperti para almarhum mahasiswa itu saja yang dijadikan Pahlawan Bangsa. Oia, aku jadi inget satu karya
Taufik Ismail:TAKUT 66, TAKUT 98
Oleh : Taufiq Ismail
Mahasiswa takut pada dosen
Dosen takut pada dekan
Dekan takut pada rektor
Rektor takut pada menteri
Menteri takut pada presiden
Presiden takut pada mahasiswa 1998
Entahlah, mungkin zaman berkembang -berubah- lalu cara pengapresiasian para mahasiswa juga berubah. Kalau dulu, sekalinya mahasiswa demo.. waa.. langsung heboh! dan ‘ngga Cuma dianggap arak-arakan numpang lewat di Bunderan HI kaya’ sekarang. Di abad informasi ini generasi penerus bangsa sedang tenggelam oleh dunia teknologi yang tak tentu batasnya menjadi generasi yang mudah menyerap arus budaya hingga muncul istilah “out of date” bagi mereka yang tak bisa mengikutinya. Pemuda-pemuda seperti ini hanya perlu diarahkan kalo menurutku. Bagaimana mereka dapat menyalurkan keinginan dan kegiatan mereka dengan positif dan tentunya bermanfaat untuk bangsa. Aku rasa percuma, kalau kita sebagai ‘Generasi Hotspot’ (kita?? Lu aja sendiri ama panci!) cuma menghabiskan waktu berjam-jam dengan surfing habis-habisan tentang gossip atau scene anak muda saja. Kita bisa menulis berbagai jurnal yang bisa menginspirasi masyarakat dunia maya untuk keluar dan mengamalkan apa saja yang mereka lafalkan saat sekolah. Eh, arus informasi politik sekarang mudah juga dimanipulasi, bisa jadi politainmen. Isinya cuma hiburan buat ngumpulin simpati masyarakat.
Heuummhh. . 28 Oktober sudah lewat tetapi aku berharap pemuda Indonesia tidak melewatkan Sumpah Pemuda yang menjadi ikrar semangat memperjuangkan bangsa.
I Love Indonesia
Heuummhh. . 28 Oktober sudah lewat tetapi aku berharap pemuda Indonesia tidak melewatkan Sumpah Pemuda yang menjadi ikrar semangat memperjuangkan bangsa.
I Love Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar